11 Agustus 2022

Tren Urban Farming di Indonesia dan Manfaatnya

Pandemi Covid-19 serta kebijakan work from home (WFH) membuat orang-orang lebih banyak berada di rumah dan mencari aktivitas baru agar tidak merasa bosan. Salah satu kegiatan yang banyak dikerjakan orang saat ini adalah Urban Farming. Urban Farming menjadi tren dan kegiatan baru yang digemari banyak orang terutama di daerah perkotaan. 

Awalnya, konsep berkebun di lahan terbatas ini hanyalah sebatas inisiasi dari segelintir komunitas pecinta lingkungan yang bergerak secara mandiri. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren Urban Farming juga kian diminati oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. 

Urban Farming pun berkembang secara masif dan menjadi tren gaya hidup urban. Bahkan Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto melihat Urban Farming setahun belakangan ini sebagai fenomena yang luar biasa. Beliau menyatakan bahwa sejak Urban Farming menjadi tren, penjualan benih hortikultura meningkat hingga lima kali lipat.

Urban Farming yang berarti bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dianggap beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat. Hasil panen dari Urban Farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintesis. Konsep Urban Farming lantas menawarkan solusi dengan menciptakan lahan terbuka hijau di tengah padatnya bangunan perkotaan. Urban Farming dapat mengelola wilayah perkotaan yang tercemar menjadi lingkungan yang nyaman dan sehat untuk ditinggali.

Urban Farming tak hanya untuk tanaman sayuran, tanaman hias juga berperan sangat signifikan. Peminatnya meningkat bahkan sampai memunculkan petani-petani tanaman hias dari generasi milenial yang sukses. Ekspor tanaman hias naik hingga tiga kali lipat. 

Manfaat Urban Farming

  1. Menjawab Krisis Ruang Terbuka Hijau

Konsep Urban Farming  menawarkan solusi dengan menciptakan lahan terbuka hijau di tengah padatnya bangunan perkotaan. Berbagai sistem penanaman Urban Farming seperti vertikultur, hidroponik, dan aquaponik dapat dengan mudah diterapkan di area terbatas. 

  1. Menjaga Ketahanan Pangan

Jika terus dikembangkan, Urban Farming dapat diproyeksikan untuk mencukupi ketersediaan bahan makanan dan memperkuat ketahanan pangan kota itu sendiri. 

  1. Memenuhi Asupan Nutrisi 

Urban Farming menjadi strategi tepat dalam upaya membantu rumah tangga ekonomi lemah untuk menjaga konsumsi pangan dan asupan nutrisi sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

  1. Meningkatkan Konsumsi Buah dan Sayuran Segar

Kegiatan Urban Farming juga memungkinkan masyarakat untuk lebih sering mengonsumsi buah dan sayuran segar karena bisa diakses dengan mudah dan cepat.

  1. Menciptakan lingkungan sehat dan bebas stress

Kegiatan Urban Farming juga merupakan upaya menghidupkan kembali lingkungan, menciptakan lahan hijau, mengurangi panas dan polusi udara, serta menurunkan risiko banjir dan tanah longsor.

Cara Melakukan Urban Farming

Urban Farming biasanya dilakukan dengan menanam tanaman yang sering dikonsumsi, seperti sayuran, jamur, buah, umbi-umbian, tanaman obat, atau tanaman hias. Urban Farming dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:

  1. Siapkan wadah dan lahan untuk menanam.
  2. Siapkan media tanam yang cocok, seperti tanah kebun. Anda juga bisa memanfaatkan benda lain sebagai campuran media tanam, seperti kulit kacang atau sabut kelapa.
  3. Perhatikan sumber pengairan jika Anda berniat untuk bercocok tanam
  4. Siapkan bibit tanaman yang hasilnya bisa Anda gunakan atau konsumsi, seperti tomat, timun, kol, dan jahe.

Selain bercocok tanam, Urban Farming juga bisa dilakukan dengan cara beternak hewan yang biasa dikonsumsi, seperti unggas, kelinci, kambing, domba, sapi, hingga ikan. Langkah yang perlu dilakukan pun sama dengan bercocok tanam. Namun, Anda perlu menyesuaikan lahan yang dimiliki dengan jenis ternak yang akan dipelihara. Bagaimana, Apakah Anda jadi tertarik melakukan Urban Farming?

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya